SELAMAT DATANG DI BLOG " CATATAN BIDAN MARIA". SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERMANFAAT.

Kamis, 11 November 2010

Tinjauan Pustaka Asuhan Bayi Baru Lahir

Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan/gangguan. (Saefuddin, 2006 :135)
1. Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir
Secara khusus asuhan bayi baru lahir bertujuan untuk :
a. Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
b. Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermia.
c. Memastikan keamanan dan mencegah cidera dan infeksi.
d. Mengidentifikasi masalah-masalah actual atau potensial yang memerlukan perhatian segera.
e. Memfasilitasi terbinanya hubungan dekat orang tua dan bayi.
f. Membantu orang tua dalam mengembangkan sikap sehat tentang praktik membesarkan anak.
g. Memberikan informasi kepada orang tua tentang perawatan bayi baru lahir. (Stright, 2004 : 208-209)
2. Langkah-langkah asuhan bayi baru lahir
a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji dalam asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
1) Data Subyektif
a) Riwayat dan perawatan prenatal ibu
b) Riwayat persalinan, meliputi permulaanya, lamanya dan komplikasi
c) Riwayat melahirkan
d) Riwayat bayi baru lahir. (Stright, 2004 : 217)
2) Data Obyektif
a) Keadaan umum
(1) Postur
(2) Kondisi kulit, meliputi warna, turgor, kerut-kerut, verniks kaseosa, milia, lanugo, eritema toksikum, dan tanda lahir.
(3) Usaha bernafas. (Stright, 2004 : 218)
b) Tanda-tanda vital
(1) Pernafasan, pada saat bayi tenang hitung pernafasan selama 60 detik. Frekuensi nafas yang normal adalah 30 sampai 60 kali per menit. (Stright, 2004 : 218), adanya bunyi ronkhi basah, mendengkur saat ekspirasi atau suara nafas tidak sama menandai adanya oedema pada paru, pneumoni atau hernia diafragmatika. (Varney, 2008 : 1197)
(2) Denyut jantung. Hitung denyut apeks selama 60 detik di atas apeks jantung, normalnya 120 sampai 160 kali per menit. (Stright, 2004 : 218), denyut jantung yang lebih dari 160 kali per menit dapat diakibatkan kesulitan bernafas atau peningkatan beban kerja jantung. (Varney, 2008 : 1197)
(3) Suhu. Ukurlah suhu setiap 30 menit sampai bayi stabil, setelah itu setiap 4 jam. Suhu bayi yang normal adalah 36,4°C sampai 37,2°C. (Stright, 2004 : 218), bayi yang suhunya dibawah 36,5°C kemungkinan mengalami hipotermia sedangkan apabila suhu bayi lebih dari 37,5°C menandakan bayi hipertermia atau demam. (Varney, 2008 : 1199)
c) Pemeriksaan antopometri
(1) Berat badan
Timbang bayi baru lahir pada waktu yang sama setiap hari sebelum menyusu ; 95% bayi cukup bulan berat badannya adalah 2500 gram sampai 4250 gram. Bayi berat lahir turun berat badannya antara 5% dan 10% dari berat badan lahir dalam beberapa hari pertama kehidupan. (Stright, 2004 : 218)
(2) Panjang badan
Letakkan bayi ditempat yang rata dan luruskan kakinya sebelum mengukur ; rata-rata panjang badan bayi cukup bulan adalah 49,5 cm. (Stright, 2004 : 219)
(3) Lingkar kepala
Ukur melingkar bagian oksiput yang terbesar rata-rata adalah 35,5 cm. (Stright, 2004 : 219)
(4) Lingkar dada
Letakkan pita pengukur diatas puting dan melintasi batas bawah dari scapula ; rata-rata lingkar dada adalah 33 cm, biasanya 2 sampai 3 cm lebih kecil dari pada lingkar kepala. (Stright, 2004 : 219)
d) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala dan muka
(a) Besar kepala sesuai dengan proporsi tubuh. Normalnya sekitar 25% dari total ukuran tubuh.
(b) Moulase mungkin ada
(c) Periksa kesimetrisan wajah. (Stright, 2004 : 219)
(2) Ubun-ubun
(a) Ubun-ubun anterior normalnya berbentuk seperti berlian
(b) Ubun-ubun posterior normalnya berbentuk segitiga dan lebih kecil dari pada ubun-ubun anterior.
(c) Ubun-ubun yang menonjol dan tegang dapat menandakan tekanan intrakranial.
(d) Ubun-ubun yang cekung merupakan karakteristik dari dehidrasi. (Stright, 2004 : 219)
(3) Mata
Warna biasanya tampak biru atau abu-abu disebabkan oleh penipisan sclera. (Stright, 2004 : 219)
(4) Hidung dan mulut
(a) Kepatenan hidung ditentukan dengan menutup mulut bayi dan menekan satu lubang hidung pada waktu yang bersamaan.
(b) Sekresi lendir jika berlebihan dapat merupakan indikasi suatu fistula trakeoesofagus.
(c) Tumbuh gigi lebih awal, kalus karena menyusu dan kista inklusi mungkin ditemukan. (Stright, 2004 : 220)
(5) Telinga dan leher
(a) Telinga lentur dan fleksibel. Pada bayi cukup bulan, telinga normalnya lembut dan dapat dilipat, dan bila dilekukkan ke depan kembali dengan cepat.
(b) Telinga letak rendah dapat menandakan abnormalitas kromosom atau organ.
(c) Pendengaran secara normal berkembang segera setelah tuba eusthachiinya bersih.
(d) Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal.
(e) Leher berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom. (Stright, 2004 : 220)
(6) Dada
(a) Kontur dan simetrisitas normalnya adalah bulat dan simetris.
(b) Pembesaran payudara dapat tampak 2 sampai 3 hari setelah lahir disebabkan oleh hormon ibu
(c) Pernafasan normalnya dangkal, simetris, dan sesuai dengan gerakan abdomen.
(d) Bunyi nafas dapat menunjukan ronkhi basah dan ronkhi kering. (Stright, 2004 : 220)
(7) Abdomen
(a) Kontur abdomen normalnya adalah bulat dan menonjol yang disebabkan oleh otot abdomen yang lemah.
(b) Tali pusat normalnya tampak putih dan seperti gelatin pada jam pertama, dengan dua arteri dan satu vena ; mulai kering dalam beberapa jam.
(c) Penampakan skapoid yang mengecil menandakan hernia diafragmatik
(d) Bising usus normalnya dapat didengar bila bayi tenang. (Stright, 2004 : 220-221)
(8) Genitalia perempuan
(a) Pada labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma pada lekukan
(b) Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris.
(c) Klitoris nampaknya menonjol.
(d) Keluaran vagina mungkin diakibatkan oleh hormon ibu yang disebut pseudomenstruasi.
(e) Normalnya terdapat umbai himen. (Stright, 2004 : 221)


(9) Genitalia laki-laki
(a) Rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun ke dalam skrotum.
(b) Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glans penis. (Stright, 2004 : 221)
(10) Punggung dan bokong
(a) Spina normalnya rata dan bulat. Sekelompok rambut yang tumbuh atau lekuk kecil pada sacrum atau dasar spina berhubungan dengan spina bifida okulta.
(b) Terdapat lubang anus yang terbuka. (Stright, 2004 : 221)
(11) Ekstremitas atas
(a) Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang simetris.
(b) Refleks menggenggam normalnya ada.
(c) Kelemahan otot lengan parsial dapat menandakan trauma pada fleksus brakhialis.
(d) Nadi brakhialis normalnya ada. (Stright, 2004 : 221)
(12) Ekstremitas bawah
(a) Ekstremitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik.
(b) Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
(Stright, 2004 : 221)

e) Pemeriksaan neurologis
(1) Refleks rooting dan menghisap. Bayi baru lahir menolehkan kepala kearah stimulus, membuka mulut dan mulai menghisap bila pipi, bibir atau sudut mulut disentuh dengan jari atau puting.
(2) Refleks menelan. Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh di belakang lidah.
(3) Refleks ekstruksi. Bayi baru lahir menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah disentuh dengan jari atau puting.
(4) Refleks tonik leher. Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat. Respon ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera setelah lahir.
(5) Refleks palmar grasp. Jari bayi akan melekuk disekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di telapak tangan bayi.
(6) Refleks plantar grasp. Jari-jari kaki bayi akan melekuk ke bawah bila jari diletakkan di dasar jari-jari kakinya.
(7) Refleks babinski. Jari-jari kaki akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorsifleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki.
(8) Refleks moro. Ekstensi simetris bilateral dan abduksi seluruh ekstremitas dengan ibu jari dan jari telunjuk membentuk huruf 'c' diikuti dengan abduksi ekstremitas dan kembali ke fleksi relaks jika posisi bayi berubah tiba-tiba atau bayi diletakkan telentang pada permukaan yang datar. (Syaifudin, 2006: 202)
b. Penatalaksanaan
1) Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami resiko berat atau bahkan kematian. Hipotermi mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat.
2) Merawat Tali Pusat
a) Jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke tali pusat.
b) Mengoleskan alcohol atau betadine (terutama jika pemotong tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah/lembab.
c) Berikan nasehat pada ibu dan keluarga :
(1) Lihat popok di bawah ujung tali pusat.
(2) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
(3) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika pangkal tali pusat menjadi merah, bernanah atau berdarah atau berbau segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir. (Winkjosastro, 2006: 38)
3) Imunisasi Pada Bayi
a) Definisi
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
(Hidayat. A, 2008 : 54).
b) Macam-macam imunisasi
(1) Imunisasi BCG
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Diberikan pada bayi yang berumur 1 bulan/lebih awal lebih baik. (Hidayat. A, 2008 : 55).
(2) Imunisasi hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis. Imunisasi ini diberikan 3 kali dengan jangka waktu 1 bulan antara suntikan pertama, kedua dan 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga, imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar. (Hidayat. A, 2008 : 56)
(3) Imunisasi polio
Imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Imunisasi ini diberikan 4 kali dengan dosis 2 tetes dengan jarak pemberian 4 minggu. (Hidayat. A, 2008 : 56)
(4) Imunisasi DPT
Bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif secara bersamaan terhadap penyakit dypteri, pertusif dan tetanus. Imunisasi ini diberikan 3 kali pada bayi umur 2-11 bulan dengan selang waktu 4 minggu. (Hidayat. A, 2008 : 56)
(5) Imunisasi campak
Digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Imunisasi ini diberikan 1 kali dilakukan ketika bayi berumur 9-11 bulan. (Hidayat. A, 2008 : 57).

4) Kegawatdaruratan Pada Bayi Baru Lahir
a) Sesak nafas
b) Frekuensi pernafasan 60 kali/menit
c) Gerak retraksi di dada
d) Malas minum
e) Panas atau suhu badan bayi rendah
f) Kurang aktif
g) Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum. (Saefuddin, 2006 : 139)

Tidak ada komentar: