SELAMAT DATANG DI BLOG " CATATAN BIDAN MARIA". SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERMANFAAT.

Kamis, 11 November 2010

Tinjauan Pustaka Persalinan


Asuhan Persalinan

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan plasenta. (Carolyn, 2007 : 672)

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saefuddin, 2006 : 100)

1. Tujuan Asuhan Persalinan

Secara khusus asuhan persalinan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional ibu dan bayinya

b. Menyatukan konsep perawatan yang berpusat pada keluarga ke dalam pengalaman persalinan dan melahirkan. (Stright, 2004 : 162)

2. Langkah-langkah Asuhan Persalinan

a. Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji dalam asuhan persalinan adalah:

1) Data Subyektif

a) Biodata

Riwayat kesehatan lengkap meliputi nama, usia, berat badan, alergi, golongan darah dan faktor Rh, kondisi medis sebelumnya, masalah pada masa pranatal, status gravida dan paritas, taksiran partus. (Stright, 2004 : 175)

b) Pengkajian psikososial

Pengkajian yang dilakukan seharusnya mencakup kecemasan, pendidikan kelahiran anak, sistem-sistem pendukung dan respon klien terhadap persalinan. Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang dapat mempengaruhi proses persalinan. (Stright, 2004 : 176)

c) Keluhan-keluhan yang dialami ibu menjelang persalinan sebagai berikut :

(1) Ibu mengalami kontraksi teratur dengan frekuensi dan intensitas yang progresif.

(2) Ibu mengalami rasa yang tidak nyaman dimulai dari punggung dan menjalar ke abdomen yang dapat meningkatkan kontraksi apabila beraktivitas, berlanjut terus selagi istirahat atau tidur.

(3) Biasanya ditemukan lendir bercampur darah.

(Stright, 2004 : 167)

(4) Banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 sampai 48 jam sebelum mulai persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini dan diarahkan untuk tidak terlalu menggunakannya dan justru menghematnya untuk persiapan persalinan. (Carolyn, 2007 : 673)

2) Data Obyektif

a) Kala I

Secara klinis dapat dinyatakan persalinan dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show). Proses membukanya serviks dibagi dalam 2 fase :

(1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

(2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi :

(a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

(b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

(c) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali.

Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam (Wiknjosastro, 2007: 182-183)

Pemeriksaan yang dilakukan selama kala I adalah :

(1) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama adanya kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 15 mmHg dan diastolic 5-10 mmHg. (Varney, 2008 : 686), segera menghubungi dokter atau rujuk apabila tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. (Stright, 2004 : 176)

(b) Nadi

Denyut nadi akan mengalami peningkatan selama adanya kontraksi. Sedikit peningkatan frekuensi nadi dianggap normal. (Stright, 2004 : 687)

(c) Pernafasan

Pernafasan sedikit mengalami peningkatan tetapi masih dianggap normal karena mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan. (Varney, 2008 : 687)

(d) Suhu

Suhu mengalami peningkatan selama persalinan, dianggap normal peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5°C sampai 1°C yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan. Peningkatan suhu lebih dari 37,5°C dapat mengindikasikan terjadinya dehidrasi atau infeksi dan tidak dapat dikatakan normal pada keadaan ini. (Varney, 2008 : 687)

(2) Pemeriksaan Fisik

(a) Abdomen

- Tinggi Fundus

Pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang kontraksi. (APN, 2008 : 40). Tinggi fundus yang besar dapat kemungkinan menunjukan bahwa Ibu salah dalam menentukan HPHT, bayi besar (mengindikasikan diabetes), kehamilan kembar atau polihidramnion. (Varney, 2008 : 693)

- Kontraksi Uterus

Gunakan jarum detik yang ada pada jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. (APN, 2008 : 41), pengkajian uterus secara akurat untuk menentukan status persalinan. (Varney, 2008 : 693)

- Presentasi

Menentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong maka pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian yang berbentuk bulat, teraba keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan adalah kepala. Jika bentuknya kenyal, relatif lebih besar, dan sulit terpegang secara mantap adalah bokong. (APN, 2008 : 42)

- Penurunan

Penurunan bagian terendah janin dilakukan dengan metode lima jari (perlimaan) :

5/5 : jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis.

4/5 : jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.

3/5 : jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.

2/5 : jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada di atas simfisis dan (3/5) telah melewati rongga panggul.

1/5 : jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada di atas simfisis.

0/5 : jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba. (APN, 2008 : 42)

(b) Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam atau lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit. Yang dinilai dalam pemeriksaan dalam adalah :

- Warna dan adanya cairan ketuban

Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.

U : selaput Utuh

J : selaput pecah, air ketuban Jernih

M : air ketuban bercampur Mekoneum

D : air ketuban bernoda Darah

K : tidak ada cairan ketuban/Kering

- Penyusupan (Molase) tulang kepala janin.

Penyusupan adalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukan resiko disproporsi kepala-panggul (CPD).

0 : sutura terpisah

1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian

2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

3 : sutura tumpang tindih tidak dapat diperbaiki. (APN, 2008 : 58)

(c) Urine

Mengukur dan mencatat jumlah produksi urine sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan dilakukan setiap kali ibu berkemih. (APN, 2008 : 63)

b) Kala II

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu :

(1) Jalan lahir (passage way)

(2) Janin (passenger)

(3) Tenaga (power)

(4) Faktor plasenta : Mengacu pada tempat insersi plasenta

(5) Psikis. (Stright, 2004 : 164)

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. His dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan. Wanita merasa pula ada tekanan pada anus dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpysis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi (Wiknjosastro, 2007 : 184)

Kala II mulai dengan dilatasi lengkap serviks dan berakhir dengan kelahiran bayi. Durasi dapat berbeda antara primipara (lebih lama) dan multipara (lebih pendek), tetapi kala ini seharusnya selesai 1 jam setelah dilatasi lengkap. Kontraksi kuat dengan interval 2 sampai 3 menit,dengan durasi 50 sampai 90 detik. (Stright, 2004 : 167-168)

Kala II adalah dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. (Saefuddin, 2006:100)

c) Kala III

Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan ke arah dorso cranial, pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. (Wiknjosastro, 2007: 185)

Kala ini dimulai dengan kelahiran bayi dan berakhir dengan kelahiran plasenta. Kala III terjadi dalam dua fase-pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta. Tanda-tanda lepasnya plasenta meliputi uterus menjadi globular, fundus naik ke abdomen, tali pusat memanjang, dan peningkatan perdarahan (mengalir pelan atau mengalir deras). Kontraksi uterus mengontrol perdarahan uterus dan membantu pelepasan dan pengeluaran plasenta. Pada umumnya, obat-obatan oksitosik diberikan untuk membantu kontraksi uterus. (Stright,2004: 168)

d) Kala IV

Kala ini dianggap perlu untuk mengobservasi apakah ada perdarahan postpartum. Dimulai dari setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. Observasi yang dilakukan antara lain : tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan TTV, kontraksi uterus, tinggi fundus, kandung kemih, terjadinya perdarahan dan memeriksa keadaan bayi. (Wiknjosastro, 2007 : 186)

b. Penatalaksanaan

1) Kala I

a) Dukungan Emosional

Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi selama persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu. (APN, 2008 : 52)

b) Mengatur Posisi

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi, serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, jongkok, berbaring miring atau merangkak tetapi ibu tidak boleh berbaring terlentang lebih dari 10 menit karena akan menekan vena cava inferior yang dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen pada janin. (APN, 2008 : 53)

c) Nutrisi

Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan atau minum air) selama persalinan. Dengan adanya asupan makanan dan minum yang cukup selama persalinan akan memberikan lebih banyak energi dan mencegah terjadinya dehidrasi yang dapat memperlambat kontraksi. (APN, 2008 : 53)

d) Kandung Kemih

Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama proses persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya 2 jam atau lebih sering jika ibu ingin berkemih. Kandung kemih yang penuh dapat berpotensi untuk :

(1) Memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan..

(2) Menyebabkan ibu tidak nyaman.

(3) Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri.

(4) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan. (APN, 2008 : 54)

e) Tekhnik Relaksasi

(1) Usapan pada punggung

Usapan pada punggung dilakukan dengan memberikan tekanan pada suatu titik tertentu pada tulang belakang bagian bawah. Usapan pada punggung dapat meningkatkan dukungan dan kenyamanan bagi wanita bersalin. (Varney, 2008 : 720)

(2) Usapan pada abdomen

Usapan pada abdomen merupakan usapan atau pijatan ringan pada seluruh abdomen, biasanya dilakukan dengan arah melingkar dan sering kali difokuskan pada area abdomen bawah dengan melakukan usapan sebanyak dua kali jika wanita merasa nyeri pada bagian tersebut. (Varney, 2008 : 721)

f) Pengawasan Persalinan

Fase laten, selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam secara terpisah dalam catatan kemajuan persalinan. Kondisi ibu dan janin juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :

(1) DJJ setiap 60 menit.

(2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 60 menit.

(3) Nadi setiap 30-60 menit.

(4) Pembukaan serviks setiap 4 jam.

(5) Penurunan setiap 4 jam.

(6) Tekanan darah dan suhu setiap 4 jam.

(7) Produksi urine, aseton dan protein setiap 2-4 jam.

Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam 1 - 2 jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi ibu dan janin bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk kembali jika kontraksinya lebih teratur dan lebih sering.

Fase aktif, selama fase aktif semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan dicatat dalam partograf. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk mencatat hasil observasi dan kemampuan persalinan dengan menilai pembukaan melalui pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Partograf harus digunakan pada semua persalinan kala I fase aktif.

Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan mengambil keputusan klinik baik dalam persalinan dengan penyakit maupun tidak. Pencatatan selama fase aktif :

(1) Denyut jantung janin, catat setiap 30 menit.

(2) Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina:

(a) U : selaput Utuh

(b) J : selaput pecah, air ketuban Jernih

(c) M : air ketuban bercampur Mekoneum

(d) D : air ketuban bernoda Darah

(e) K : tidak ada cairan ketuban/Kering

(3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)

(a) 0 : sutura terpisah

(b) 1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian

(c) 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki

(d) 3 : sutura tumpang tindih tidak dapat diperbaiki

(4) Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x)

(5) Penurunan. Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis; catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.

(6) Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.

(7) Jam : Catat jam sesungguhnya.

(8) Kontraksi. Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik :

(a) Kurang dari 20 detik

(b) Antara 20 sampai 40 detik

(c) Lebih dari 40 detik

(9) Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.

(10) Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.

(11) Nadi. Catat setiap 30 menit dan tandai dengan sebuah titik besar ()

(12) Tekanan darah. Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.

(13) Suhu badan. Catat setiap 2 jam.

(14) Protein, aseton, dan volume urin. Catat setiap kali ibu berkemih. (Saefuddin, 2006 : 106)

2) Kala II

a) Persiapan persalinan

b) Penolong persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut saat menolong persalinan sebagai penghalang hal-hal yang berpotensi menularkan penyakit.

c) Tempat persalinan harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup dan pastikan semua perlengkapan dan bahan-bahan dalam keadaan disinfeksi tingkat tinggi.

Penatalaksanaan dalam kala II adalah :

(1) Saat kepala crowning sebesar 5-6 cm maka persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak terjadi robekan, sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan ekspulsi.

(2) Setelah kepala lahir dengan subocciput sebagai hypomoclion muka dan hidung dibersihkan dari lendir, kemudian periksa lilitan tali pusat, kepala dibiarkan untuk melakukan putaran paksi luar, guna menyesuaikan os occiput ke arah punggung.

(3) Kepala dipegang secara biparietal dengan kedua tangan menarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi.

(4) Setelah bayi lahir seluruhnya menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.

(5) Segera mengeringkan bayi dan mengganti handuk yang basah dengan handuk yang bersih dan kering.

(6) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi pada uterus.

(7) Memberitahu pada ibu bahwa ia akan disuntik

(8) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oxytosin 10 U IM pada sepertiga paha kanan atas bagian luar. (Lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oxytosin)

(9) Setelah 2 menit pasca persalinan menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi, purut tali pusat kearah ibu, pasang klem ke 2 yaitu 2 cm setelah klem 1, memegang tali pusat dengan satu tangan untuk melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut kemudian ikat tali pusat dengan benang tali pusat.

(10) Letakkan bayi tengkurapkan di perut dan dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi 1 cm lebih rendah dari puting payudara ibu. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi, biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit di dada ibu selama 1 jam. (Saefuddin, 2006 : 112)

3) Kala III

Manajemen aktif kala III :

a) Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5 - 10 cm dari vulva.

b) Meletakkan 1 tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas sympisis pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

c) Setelah uterus berkontraksi, melakukan penegangan tali pusat dengan dorso cranial (dorongan uterus kearah atas sumbu badan ibu dengan tangan kiri) secara hati-hati.

d) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

e) Melakukan masasse uterus selama 15 detik sebanyak 10 kali.

f). Memeriksa kelengkapan plasenta

g). memeriksa kelengkapan plasenta dan cek perdarahan.

(Saefuddin, 2006 : 116)

4) Kala IV

Selama kala IV harus memantau setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Pemantauan kala IV :

a) Melakukan masase fundus uteri, untuk memastikan uterus menjadi keras/ berkontraksi dengan baik

b) Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

c) Mengevaluasi tinggi fundus uteri dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar pusat atau lebih bawah.

d) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

e) Memeriksa perdarahan aktif.

f) Mengevaluasi kondisi ibu secara umum.

g) Mendokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang partograf

Tidak ada komentar: