SELAMAT DATANG DI BLOG " CATATAN BIDAN MARIA". SELAMAT MENIKMATI, SEMOGA BERMANFAAT.

Kamis, 11 November 2010

Tinjauan Pustaka Asuhan Nifas

Asuhan Nifas
Asuhan masa nifas adalah asuhan yang mengacu pada pelayanan medis dan keperawatan yang diberikan kepada wanita selama masa nifas, yakni periode 6 minggu setelah kelahiran, dimulai dari akhir persalinan dan berakhir dengan kembalinya organ-organ reproduktif ke keadaan sebelum hamil. (Stright, 2004 : 188)
Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.(Saefuddin, 2006 : 122)
1. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Saefuddin, 2006 : 122)
Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
1) Kunjungan I, (2 – 6 jam setelah persalinan)
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.


2) Kunjungan II (2-6 hari setelah persalinan)
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu dapat menyusui dengan baik.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
Sama seperti 6 hari setelah persalinan.
4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ada atau yang dialami oleh bayi.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Saefuddin, 2006 : 123)
2. Langkah-langkah Asuhan Masa Nifas
a. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji dalam masa nifas adalah :
1) Data Subyektif
a) Mengkaji adaptasi psikososial
Hal ini berkaitan dengan perubahan psikologi pada masa post partum yaitu :
(1) Periode taking-in
Terjadi 1-2 hari setelah melahirkan, ibu baru biasanya bersifat pasif dan lebih fokus pada tubuhnya, sering mengulang kembali pengalaman persalinan dan melahirkan.
(2) Periode taking-hold
Berlangsung 2-4 hari setelah melahirkan. Ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir.
(3) Periode letting-go
Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah dan melibatkan waktu reorganisasi keluarga, sudah bisa menerima tanggung jawab untuk perawatan bayi baru lahir dan sudah mulai mandiri serta berinteraksi social.
(4) Depresi pasca partum
Biasanya depresi ini ringan dan sementara yang dimulai 2-3 hari setelah melahirkan dan selesai dalam 1-2 minggu namun keadaan depresi ini walaupun jarang terjadi, dapat mengarah kepada psikosis pasca partum dan kondisi patologis. (Stright, 2005 : 194-195)
b) Riwayat kesehatan
Seharusnya berfokus pada riwayat medis keluarga, riwayat genetik dan riwayat reproduktif (Stright, 2004 : 196).
c) Riwayat pasca partum
Mencakup informasi mengenai profil keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan melahirkan, data bayi serta latihan pasca partum. (Pillitteri, 2002 : 175)
d) Keluhan-keluhan yang sering dirasakan pada masa nifas sebagai berikut :
(1) Polyurine
Urine biasanya berlebihan (polyurin) antara hari ke 2 dan ke 5. Hal ini disebabkan karena kelebihan cairan akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan (Ladewig, 2005 : 234)

(2) Konstipasi
Wanita biasanya akan merasa lapar dan siap untuk makan setelah 1 atau 2 jam postpartum. Konstipasi biasanya menjadi masalah pada awal masa nifas karena kekurangan makanan yang mengandung serat selama persalinan dan atau pasien sendiri yang menahan defekasi. (Ladewig, 2005: 235)
(3) Perubahan system gastrointestinal
(a) Lapar dan haus merupakan hal yang umum terjadi setelah melahirkan.
(b) Motilitas dan tonus gastrointestinal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah melahirkan.
(c) Konstipasi umumnya terjadi selama periode pascapartum awal karena penurunan tonus otot usus, rasa tidak nyaman pada perineum, dan kecemasan.
(d) Klien dapat kembali ke berat badannya sebelum hamil dalam 6 sampai 8 minggu jika pertambahan berat badannya selama kehamilan dalam kisaran normal.
(e) Hemoroid merupakan masalah yang umum dalam periode pascapartum awal karena tekanan pada dasar panggul dan mengedan selama persalinan (Stright,2004: 193)
(2) Nyeri pada puting
Nyeri pada puting juga merupakan masalah umum yang terjadi pada ibu menyusui. Posisi menyusui yang tidak tepat dan sariawan pada bayi merupakan penyebab utama pada puting. ( Wheeler, 2004 : 181)
(3) Lemas
Hal ini biasa terjadi dikarenakan ibu pada saat persalinan mengeluarkan banyak tenaga, sehingga ibu merasa lelah dan lemas sehingga butuh istirahat yang cukup. (Carolyn, 2007 : 974)
(4) Mulas
Dikarenakan uterus masih berkontraksi. (Carolyn, 2007 : 974)
(5) Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan. (Walsh, 2007 : 350)
(6) Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu untuk cepat berjalan.
Sekarang tidak perlu menahan ibu post partum terlentang ditempat tidurnya selama 7-14 jam setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. (Walsh, 2007 : 351)
(7) Laktasi
Payudara merupakan sumber air susu yang menjadi makanan utama bagi bayi, oleh karena itu jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Bra yang dipakai harus sesuai dengan pembesaran payudara, yang sifatnya adalah menyokong payudara dari bawah (suspension) bukan menekan dari depan. (Yulaikhah, 2008 : 60)
Segera setelah melahirkan, mammae akan melunak, lembut, dan memperlihatkan perubahan dalam pigmentasi, adanya striae, karakteristik dalam kehamilan. Sekresi prolaktin dari kelenjar pituitari anterior akan meningkatkan produksi ASI dengan cara menstimulasi sel-sel alveolar mammae. Oksitosin, yang diproduksi kelenjar pituitari posterior ketika bayi mengisap ASI, meningkatkan reflex keluaran ASI dan aliran susu yang dihasilkan. Pada saat ini mammae menghasilkan kolostrum, berwarna krem dan kaya antibodi ibu. Pada hari ke-2 hingga ke-4 setelah kelahiran, mammae mulai menghasilkan susu. (Ladewig, 2006 : 229)
2) Data Obyektif
a) Keadaan umum
Bidan dapat melihat keadaan umum ibu dengan melakukan observasi kepada ibu ketika pertama kali bertemu. Keadaan umum awal yang dapat diamati oleh bidan meliputi adanya kecemasan, kemarahan atau peka. (Salmah, 2006 : 135)
b) Pemeriksaan fisik
(1) Tekanan darah : stabil dan dalam batas normal.
(Patricia, 2005 :228), ibu yang mengalami tekanan darah tinggi curigai adanya preeklampsia dan apabila ibu mempunyai tekanan darah rendah kemungkinan ibu mengalami penyesuaian keadaan sebelum hamil. (Wheeler, 2004 : 184)
(2) Suhu tubuh : suhu badan wanita sesudah partus dapat naik 0,5°C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38°C. (Ladewig, 2005 : 228)
(3) Nadi : nadi biasanya dalam batas normal yaitu antara 80-100 x/m selama masa nifas, kecuali terjadi perpanjangan dan kesulitan selama persalinan atau karena kehilangan darah.
(Ladewig, 2005 : 228)
(4) Respirasi : biasanya dalam batas normal yaitu antara 16-24 x/menit.
(Ladewig, 2005 : 228)
(5) Payudara
Selain memeriksa payudara untuk melihat adanya massa, observasi juga adanya trauma pada puting jika klien menyusui. Pemeriksaan payudara yang baik mungkin sulit dilakukan jika payudara penuh dengan air susu. (Wheeler, 2004 : 184)
(6) Abdomen
Palpasi fundus uteri dan kaji tinggi serta konsistensinya. Tetap lunak dan mengendur selama beberapa waktu setelah melahirkan. Striae tetap putih perak. Diastasis rectus abdominalis dapat terjadi pada wanita dengan tonus otot yang buruk. (Stright, 2004 : 191)
(7) Lokhea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Observasi lokhea pasien dan kaji warna, jumlah dan baunya untuk memberikan indeks esensial pemulihan endometrium. (Stright, 2004 : 196)
(a) Lochea rubra (kruenta), berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selama dua hari postpartum.
(b) Lochea sanguenolenta, berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3 sampai ke 7 postpartum.
(c) Lochea serosa, berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 sampai 14 postpartum.
(d) Lochea alba, cairan putih, setelah 2 minggu postpartum. (Wiknjosastro, 2007: 241)
(8) Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas lihat adanya oedema yang persisten. (Stright, 2004 : 197), kemudian kaji adanya tanda homman, yaitu rasa nyeri apabila ditekan pada betis atau bila dorsofleksi ujung kaki. (Varney, 2008 : 960)
b. Penatalaksanaan
1) Frekuensi Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
a) Kunjungan I, (2 - 6 jam setelah persalinan)
b) Kunjungan II (2 - 6 hari setelah persalinan)
c) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
d) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
(Saefuddin, 2006 : 123)
2) Nasehat-nasehat Untuk Ibu Nifas
a) Nutrisi dan cairan Ibu menyusui harus :
(1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
(2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
(3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
(4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
(5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya yang bertujuan untuk mencegah kebutaan.
b) Latihan otot perut dan panggul
Pentingnya melatih otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini akan menyebabkan otot-otot perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. Latihan beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti :
(1) Tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam, dan angkat dagu ke dada tahan sampai hitungan 5, rileks dan ulangi lagi sampai 10 kali.
(2) Untuk memperkuat otot tonus jalan lahir dan dasar panggul (latihan kegel)
(3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul sampai hitungan kelima. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
c) Kebersihan diri
Anjurkan kebersihan seluruh badan
(1) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang kemudian membersihkan daerah sekitar anus dengan sabun dan air.
(2) Membersihkan vulva setiap kali selesai buang air besar dan buang air kecil.
(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut 2 kali sehari.
(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
(5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.


d) Istirahat
(1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
(2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, tidur siang dan istirahat selama bayi tidur.
(3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
(a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
(b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
(c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
e) Senggama, biasanya ditunda sampai 40 hari pascapartum
(1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri.
(2) Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
f) Keluarga berencana
(1) Idealnya pasangan harus menunggu 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarga berencananya dengan mengajarkan mereka tentang mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
(2) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan haidnya selama meneteki, oleh karena itu, metode amenorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.
(3) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah mendapat haid lagi.
(4) Sebelum menggunakan metode KB, hal berikut ini sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu kepada ibu :
(a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
(b) Kelebihan dan keuntungannya.
(c) Efek samping.
(d) Bagaimana menggunakan metode KB.
(e) Kapan metode ini dapat dimulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui.
(5) Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih KB tertentu, ada sebaiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu / pasangan ibu dan untuk mengetahui apakah metode tersebut berjalan dengan baik.
g) Perawatan payudara
(1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
(2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
(3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
(4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
(5) Untuk menghilangkan nyeri dapat diminum paracetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
(6) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :
(a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit.
(b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.
(c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak.
(d) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali, apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan.
(e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
(f) Payudara dikeringkan. (Saefuddin, 2006 : 127-129)
h) Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
Menganjurkan pada ibu untuk segera menghubungi bidan bila mengalami tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti :
(1) Perdarahan lewat jalan lahir
(2) Keluar cairan berbau dari jalan lahir
(3) Demam lebih dari 2 hari
(4) Bengkak di muka, tangan atau kaki.
(5) Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
(6) Puting lecet dan puting tenggelam
(7) Mengalami gangguan jiwa.
(DepKes RI, 2008 : 10)

Tidak ada komentar: